Uncja – Meski telah datang untuk ketiga kalinya, rasanya penggemar Katy Perry masih perlu untuk menonton kembali di konsernya kali ini yang bertajuk ‘Witness Tour’ dan berlangsung di ICE BSD, Tangerang Selatan, Sabtu (14/4/2018).
Bukan karena Katy Perry membawakan lagu-lagu baru yang belum pernah ia bawakan di panggungnya pada 2012 dan 2015 lalu, itu adalah satu hal. Namun yang lebih menarik disimak adalah bagaimana produksi dan tema dari rangkaian tur kali ini pastilah berbeda dengan dua konser terdahulunya.
Sebelum konser, penonton sudah diajak waspada dengan pemberitaan yang menyebutkan sang bintang pop membawa 50 ton kargo perlengkapan, 10 penari latar, 5 musisi pengiring, dan 2 penyanyi latar.
Tampaknya, penyanyi bernama lengkap Katheryn Elizabeth Hudson tersebut juga tidak ingin menyuguhkan tampilan yang itu-itu saja.
Sebelum konser, penonton sudah diajak waspada dengan pemberitaan yang menyebutkan sang bintang pop membawa 50 ton kargo perlengkapan, 10 penari latar, 5 musisi pengiring, dan 2 penyanyi latar.
Tampaknya, penyanyi bernama lengkap Katheryn Elizabeth Hudson tersebut juga tidak ingin menyuguhkan tampilan yang itu-itu saja.
Konser dimulai pada pukul 21.00 WIB. Lampu tiba-tiba redup, ketika musisi pengiring naik panggung duluan, para penonton bersorak riang memanggil-manggil nama idolanya.
Dalam konser tersebut terdapat panggung utama, lalu menjulur lidah panggung menuju sebuah panggung kecil. Semua perhatian tertuju pada panggung utama ketika sebuah video yang memperlihatkan planet dan benda-benda luar angkasa lainnya bergerak cepat diputar di sebuah layar berbentuk mata.
Intro pertunjukan pun terdengar. Penyanyi kelahiran 25 Oktober 1984 tersebut rupanya justru keluar dari panggung kecil sambil menyanyikan ‘Witness’. Dengan pakaian berwarna emas, pancaran sinar bintang pop langsung berpendar ke seisi ruangan.
Artis asal California, Amerika Serikat itu melanjutkan penampilannya dengan membawakan ‘Roulette’, ‘Dark Horse’, dan ‘Chained to the Rhythm’.
Pertunjukan malam itu dibagi menjadi beberapa sesi, yakni sesi Manifesto, Retrospective, Sexual Discovery, Introperspective, Emergence, hingga Encore. Di tiap sesinya, Katy Perry menyuguhkan tema dan nuansa yang berbeda. Tema-tema tersebut kemudian saling sambung menyambung menjadi sebuah rangkaian cerita.
Pada akhirnya lagu-lagu yang dibawakan Katy Perry menjadi penguat dari dongeng yang ingin ia kisahkan pada penonton lewat panggungnya. Misalnya dalam sesi Retrospective, ia ingin mengajak penontonnya kembali mengingat masa-masa awal kemunculannya dengan membawakan ‘Teenage Dream’, ‘Last Friday Night (TGIF)’, hingga ‘California Gurls’, dan ‘I Kissed A Girl’.
Katy Perry Foto: Septiana Ledysia
Warna-warna retro yang didominasi merah muda, biru, dan kuning lengkap dengan badut flamingo pun ditampilkan menjadi sebuah menu lengkap di atas panggung.
Atau ketika Katy Perry membiarkan penonton menyaksikannya sisi eksentrik dari dirinya yang tampil dengan kostum mirip serangga berwarna hitam putih dan membawakan lagu ‘De Javu’, ‘Tsunami’, ‘E.T.’ hingga ‘Bon Appetit’.
Namun tidak ada gading yang tak retak, bila ada yang mengatakan tidak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi ketidaksempurnaan konser semalam justru bukan berasal dari Katy Perry.
Ketika ia tampil membawakan lagu ‘Power’, mengenakan gaun dan rambut palsu berwarna perak lengkap dengan atraksi laser, suara justru tiba-tiba meredup. Penyanyi pencetak lagu hits itu tetap berusaha melanjutkan nyanyiannya, sayang suara tak kunjung kembali normal.
Penonton mencoba bertepuk tangan dan meneriakan namanya untuk memberikan dukungan. Setelah gangguan teratasi, untuk mengembalikan mood-nya, ia tak lantas langsung membawakan ‘Power’, ia lebih dulu menyanyikan ‘Unconditionally’ yang justru menjadi nilai tambah karena berhasil membuat penonton hanyut akan suasana syahdu. Beberapa bahkan turut menyalakan lampu di ponsel pintar mereka.
Sesuai rencana, setelah lagu ‘Unconditionally’ dibawakan, Katy Perry tetap menyanyikan lagu ‘Power’ lengkap dengan aksi panggung yang sudah ia rencakan dengan sinar laser berwarna-warni.
Bila dalam wawancara dengan detikHOT beberapa bulan ke belakang ia menyebutkan akan memberikan suguhan yang terasa dekat dan lokal, upaya Katy Perry untuk belajar bahasa Indonesia di atas panggung rupanya berhasil membuat penonton tampak senang.
Dimulai dengan dirinya mengucapkan ‘Hot & Cold’ dengan sebutan ‘Panas dan dingin’ dengan aksen yang terdengar lucu. Di tambah tak lama setelahnya, ia juga mengajak salah satu penggemar beruntung ke atas panggung untuk mengajarinya bahasa Indonesia.
Ia menyebutkan sejumlah kata dan frasa dalam bahasa Indonesia mulai dari ‘halo’, ‘terima kasih’, ‘burger keju’, hingga ‘aku cinta kamu’. Sebagai bayarannya, penonton bernama Jefry Lee yang berasal dari Surabaya tersebut mendapat pelukan dan kesempatan berfoto bersama di atas panggung.
“Terima kasih sudah menyempatkan untuk datang, terima kasih sudah menonton saya lagi. Kalian harus tahu banyak sekali keindahan di sini, kalian harus tahu betapa indahnya kalian, masakan, bahasa, dan senyum dari orang-orang yang berbeda menjadi riasan yang cantik bagi Indonesia,” katanya kepada para penonton disambut gemuruh suara sorakan menunjukan suka cita.
Lagu lainnya yang dibawakan malam hari itu antara lain ‘Wide Awake’, ‘Into Me You See’, ‘Part of Me’, ‘Swish Swish’, hingga ‘Roar’.
Baca juga:
Sound Sempat Padam, Katy Perry Lanjutkan Aksinya di Jakarta
Di sesi Encore, Katy Perry bernyanyi di atas telapak dari sebuah patung tangan raksasa. Ia membawakan ‘Fireworks’ lengkap dengan hujan confetti dan video kembang api di layar.
“Sampai jumpa lagi di waktu berikutnya!” ungkapnya di penghujung acara.
Sebagai bintang pop, tak berlebihan bila kita sebut cahaya Katy Perry terlihat begitu menyilaukan dalam konsernya semalam.
Konser dimulai pada pukul 21.00 WIB. Lampu tiba-tiba redup, ketika musisi pengiring naik panggung duluan, para penonton bersorak riang memanggil-manggil nama idolanya.
Dalam konser tersebut terdapat panggung utama, lalu menjulur lidah panggung menuju sebuah panggung kecil. Semua perhatian tertuju pada panggung utama ketika sebuah video yang memperlihatkan planet dan benda-benda luar angkasa lainnya bergerak cepat diputar di sebuah layar berbentuk mata.
Intro pertunjukan pun terdengar. Penyanyi kelahiran 25 Oktober 1984 tersebut rupanya justru keluar dari panggung kecil sambil menyanyikan ‘Witness’. Dengan pakaian berwarna emas, pancaran sinar bintang pop langsung berpendar ke seisi ruangan.
Artis asal California, Amerika Serikat itu melanjutkan penampilannya dengan membawakan ‘Roulette’, ‘Dark Horse’, dan ‘Chained to the Rhythm’.
Pertunjukan malam itu dibagi menjadi beberapa sesi, yakni sesi Manifesto, Retrospective, Sexual Discovery, Introperspective, Emergence, hingga Encore. Di tiap sesinya, Katy Perry menyuguhkan tema dan nuansa yang berbeda. Tema-tema tersebut kemudian saling sambung menyambung menjadi sebuah rangkaian cerita.
Pada akhirnya lagu-lagu yang dibawakan Katy Perry menjadi penguat dari dongeng yang ingin ia kisahkan pada penonton lewat panggungnya. Misalnya dalam sesi Retrospective, ia ingin mengajak penontonnya kembali mengingat masa-masa awal kemunculannya dengan membawakan ‘Teenage Dream’, ‘Last Friday Night (TGIF)’, hingga ‘California Gurls’, dan ‘I Kissed A Girl’
Warna-warna retro yang didominasi merah muda, biru, dan kuning lengkap dengan badut flamingo pun ditampilkan menjadi sebuah menu lengkap di atas panggung.
Atau ketika Katy Perry membiarkan penonton menyaksikannya sisi eksentrik dari dirinya yang tampil dengan kostum mirip serangga berwarna hitam putih dan membawakan lagu ‘De Javu’, ‘Tsunami’, ‘E.T.’ hingga ‘Bon Appetit’.
Namun tidak ada gading yang tak retak, bila ada yang mengatakan tidak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi ketidaksempurnaan konser semalam justru bukan berasal dari Katy Perry.
Ketika ia tampil membawakan lagu ‘Power’, mengenakan gaun dan rambut palsu berwarna perak lengkap dengan atraksi laser, suara justru tiba-tiba meredup. Penyanyi pencetak lagu hits itu tetap berusaha melanjutkan nyanyiannya, sayang suara tak kunjung kembali normal.
Penonton mencoba bertepuk tangan dan meneriakan namanya untuk memberikan dukungan. Setelah gangguan teratasi, untuk mengembalikan mood-nya, ia tak lantas langsung membawakan ‘Power’, ia lebih dulu menyanyikan ‘Unconditionally’ yang justru menjadi nilai tambah karena berhasil membuat penonton hanyut akan suasana syahdu. Beberapa bahkan turut menyalakan lampu di ponsel pintar mereka.
Sesuai rencana, setelah lagu ‘Unconditionally’ dibawakan, Katy Perry tetap menyanyikan lagu ‘Power’ lengkap dengan aksi panggung yang sudah ia rencakan dengan sinar laser berwarna-warni.
Bila dalam wawancara dengan detikHOT beberapa bulan ke belakang ia menyebutkan akan memberikan suguhan yang terasa dekat dan lokal, upaya Katy Perry untuk belajar bahasa Indonesia di atas panggung rupanya berhasil membuat penonton tampak senang.
Dimulai dengan dirinya mengucapkan ‘Hot & Cold’ dengan sebutan ‘Panas dan dingin’ dengan aksen yang terdengar lucu. Di tambah tak lama setelahnya, ia juga mengajak salah satu penggemar beruntung ke atas panggung untuk mengajarinya bahasa Indonesia.
Ia menyebutkan sejumlah kata dan frasa dalam bahasa Indonesia mulai dari ‘halo’, ‘terima kasih’, ‘burger keju’, hingga ‘aku cinta kamu’. Sebagai bayarannya, penonton bernama Jefry Lee yang berasal dari Surabaya tersebut mendapat pelukan dan kesempatan berfoto bersama di atas panggung.
“Terima kasih sudah menyempatkan untuk datang, terima kasih sudah menonton saya lagi. Kalian harus tahu banyak sekali keindahan di sini, kalian harus tahu betapa indahnya kalian, masakan, bahasa, dan senyum dari orang-orang yang berbeda menjadi riasan yang cantik bagi Indonesia,” katanya kepada para penonton disambut gemuruh suara sorakan menunjukan suka cita.
Lagu lainnya yang dibawakan malam hari itu antara lain ‘Wide Awake’, ‘Into Me You See’, ‘Part of Me’, ‘Swish Swish’, hingga ‘Roar’.