Tidak usah berpikir kalau lagu-lagu band-band ini adalah lagu-lagu pada masa khilafmu dulu. Kala itu, di era 2000-an, band-band ini menginspirasimu untuk belajar scream, growl, hingga memainkan alat musik.
Menjadi anggota sebuah band tentu menjadi kebanggaan tersendiri untuk beberapa orang, terutama bagi para kaum pria. Memamerkan band yang menginspirasi diri untuk berkarya di jalur emo juga turut membanggakan. Toh, emo adalah tren musik kala itu.
Emo sendiri adalah genre musik yang mendekati rock dan tercipta di Amerika Serikat. Ekspresif dan lirik lagunya yang jujur menjadikan genre ini mendapat sebutan tersebut. Ya, emo adalan singkatan dari kata emosional.
Banyak band emo yang lahir di era 2000. Namun, band yang menganut aliran ’emo garis keras’ adalah aliran yang sangat dipuja kala itu. kumparan (kumparan.com) telah merangkum beberapa band yang mengusung aliran tersebut. Semoga pilihan-pilihan kami memenuhi ekspektasi kalian yang dulu berambut gondrong, polem atau poni lempar, dan berpakaian ketat serta serba hitam.
1. From First to Last
Terbentuk di tahun 2004, From First to Last bisa dibilang sebagai salah satu pionir band emo di era 2000. Formasinya kala itu, yakni Skrillex alias Sonny Moore (vokal), Matt Good (gitar), Travis Richter (gitar), Jon Weisberg (bass), dan Derek Bloom (drum) adalah panutan para band-band emo di dunia, salah satunya Indonesia.
Album pertama mereka di tahun 2004, ‘Dear Diary, My Teen Angst Has a Bodycount’, meledak di pasaran dan hampir seluruh lagu dalam album tersebut menjadi andalan band yang satu ini. Sebut saja ‘Note to Self’, ‘Secrets Don’t Make Friends’, ‘Ride the Wings of Pestilence’, dan lagu akustik terfavorit, ‘Emily’.
Hingga kini, From First to Last telah melahirkan 5 album. Sempat kehilangan Sonny Moore di tahun 2007, ia kembali di tahun ini lewat lagu berjudul ‘Make War’ yang dirilis pada bulan Januari lalu.
Tahun ini, From First to Last dikabarkan akan merilis album ke-6 mereka.
2. Alesana
Band asal Raleigh, Carolina Utara, Amerika Serikat ini adalah salah satu band yang juga sempat booming di era 2000, terutama di kalangan pencinta emo.
Album pertama mereka di tahun 2006, ‘On Frail Wings of Vanity and Wax’, adalah album mereka yang paling meledak di pasaran. Lagu-lagu seperti ‘Ambrosia’, ‘Apology’, dan ‘Congratulations, I Hate You’ adalah tiga lagu andalan album tersebut.
Saat ini, band yang beranggotakan Dennis Lee (unclean vocal), Shawn Milke (vokal), Patrick Thompson (gitar), Jeremy Bryan (drum), Shane Crump (bass), dan Jake Campbell (gitar) telah memiliki 5 album, yaitu ‘On Frail Wings of Vanity and Wax’ (2006), ‘Where Myth Fades to Legend’ (2008), ‘The Emptiness’ (2010), ‘A Place Where the Sun Is Silent’ (2011), dan ‘Confessions’ (2015).
3. Blessthefall
Ini dia band yang paling emo di antara band-band emo lainnya, Blessthefall. Album pertama mereka di tahun 2007, ‘His Last Walk’ adalah album tersukses yang menelurkan sejumlah lagu-lagu andalan, seperti ‘A Message to the Unknown’, ‘Guys Like You Make Us Look Bad’, ‘Higinia’, ‘Rise Up’, ‘Times Like These’, ‘Wait for Tomorrow’, ‘Black Rose Dying’, dan lagu mellow mereka, ‘Pray’.
Kala itu, Blessthefall menjadi acuan band-band emo lokal untuk tampil di sebuah gig. Sayang, sang vokalis, Craig Mabbit, yang menjadi kunci kesuksesan band ini dengan vokalnya yang khas memilih untuk keluar dari band dan bergabung dengan Escape the Fate di tahun 2007.
Oh ya, Escape the Fate juga salah satu band yang menghiasi masa mudamu, bukan?
4. Chiodos
Terbentuk di tahun 2001 dan sama seperti band-band emo lainnya, nama Chiodos terkenal berkat album pertama mereka yang rilis di tahun 2005, ‘All’s Well That Ends Well’.
Lagu-lagu mereka yang terkenal juga kebanyakan berasal dari album tersebut, seperti ‘All Nereids Beware’, ‘One Day Women Will All Become Monsters’, ‘Baby, You Wouldn’t Last a Minute on the Creek’, dan ‘The Words ‘Best Friend’ Become Redefined’.
Namun, Chiodos memutuskan untuk bubar di tahun 2016. Sang vokalis, Craig Owens, menyatakan pada Billboard bahwa Chiodos tidak lagi menjadi passion mereka, dan para personelnya juga sudah tidak punya banyak waktu untuk nge-band.
5. Silverstein
Sejak tahun 2000, Silverstein sudah aktif sebagai band. Album pertama mereka di tahun 2003, ‘When Broken Is Easily Fixed’ terkenal akan single mereka yang bertajuk ‘Smashed Into Pieces’.
Album ke-2 mereka, ‘Discovering the Waterfront’ yang diluncurkan 2 tahun setelahnya dan terkenal berkat single ‘Smile in Your Sleep’.
Hingga kini, Silverstein telah memiliki 8 album selain 2 album di atas, yakni ‘Arrivals & Departures’ (2007), ‘A Shipwreck in the Sand’ (2009), ‘Rescue’ (2011), ‘Short Songs’ (2012), ‘This Is How the Wind Shifts’ (2013), dan ‘I Am Alive in Everything I Touch’ (2015).
6. Drop Dead, Gorgeous
Band asal Denver, Colorado, Amerika Serikat ini mungkin tidak banyak yang tahu. Tapi, band yang anggotanya terdiri dari Daniel “Stills” Stillman (vokal dan keyboard), Kyle Browning (gitar), Jake Hansen (bass), Danny Cooper (drum), dan Jacob Belcher (gitar) ini adalah inspirasi bagi band-band emo lokal.
Album pertama mereka yang rilis pada 2006, ‘In Vogue’, adalah album yang melambungkan nama mereka. Lagu-lagu andalan mereka adalah ‘Dressed for Friend Requests’, ‘Fashion Your Seat Belts’, ‘Daniel, Where’s the Boat?’, and the famous ‘The Show Must Go On’.
Terkenal akan keunikan suara sang vokalis–yang terdengar seperti asal berteriak saat nge-scream, Drop Dead, Gorgeous telah meluncurkan 2 album selain ‘In Vogue’, yaitu ‘Worse Than a Fairy Tale’ (2007) dan ‘The Hot N’ Heavy’ (2009) serta 1 Extended Play (EP), ‘Be Mine, Valentine’ (2006).
Di tahun 2011, Stillman mengungkapkan bahwa Drop Dead, Gorgeous sedang hiatus. Di awal tahun 2013, akun Facebook resmi band tersebut dihapus. Ya, karier Drop Dead, Gorgeous telah selesai sampai di situ.
7. Killing Me Inside
Band lokal yang satu ini adalah pelopor band emo dalam negeri. Terbentuk di tahun 2005, formasi awal mereka terdiri dari Josaphat (gitar), Onad (bass), Rendy (drum), Raka (gitar), dan Sansan (vokal) yang kini bernaung di band Pee Wee Gaskins.
Sukses tampil di sejumlah gig yang berlokasi di Jakarta seperti Rossi Fatmawati, GOR Bulungan, Marotti Cafe, pensi-pensi sekolah, dan acara-acara lainnya, Killing Me Inside ‘Letter Of Memories’, ‘Suicide Phenomena’, dan ‘The Tormented’.
Album pertama mereka pun rilis, yaitu ‘A Fresh Start for Something New’ di tahun 2008, membuat nama mereka semakin besar di dunia musik emo Indonesia. Namun, di tahun yang sama, sang gitaris, Raka hengkang dari band untuk bergabung dengan Vierra, band besutan Kevin Aprilio dan fokus dengan bisnis pakaiannya, Schitzo.
Meski demikian, Killing Me Inside tetap berjalan tanpa Raka di bawah naungan label indie Fast Youth Records. Mereka juga meluncurkan albumnya di dua negara, Indonesia dan Malaysia.
Pada Januari 2009, Sansan dan Rendy keluar dari band. Sansan fokus kepada Pee Wee Gaskins dan Rendy keluar dengan alasan masa depan. Walaupun begitu, Onad dan Josaphat tetap bertahan. Sejak itulah, musik Killing Me Inside mulai berubah menjadi musik komersial.
Dengan formasi Onad (vokal), Josaphat (gitar), Davi (drum), Angga (bass), dan Rudye (keyboard), Killing Me Inside merilis lagu ‘Tanpa Dirimu’ yang menjadi soundtrack film ‘Air Terjun Pengantin’ di tahun 2010.
‘Biarlah’ adalah lagu mereka yang terkenal saat Onad menjabat sebagai vokalis.
Onad pun meninggalkan band di tahun 2014. Sakit tenggorokan hingga tidak dapat bernyanyi dengan maksimal, dan jenuh akan musik emo adalah alasan pria ber-tattoo itu.
Akhirnya, Savira Razak atau Vira yang merupakan finalis ajang pencarian bakat Mamamia 2007 terpilih menjadi vokalis Killing Me Inside, untuk menggantikan posisi Onad.
Killing Me Inside pun merilis album yang berjudul ‘Rebirth: A New Beginning’ di bawah naungan label Royal Prima Musikindo (RPM) di tahun 2014.
Lebih matang dengan kehadiran Vira, band yang kini digawangi oleh Josaphat Klemens (gitar), Rudye Nugraha Putra (keyboard), Erlangga ‘Tetsuya’ Wibisana (bass), dan Putra Pra Ramadhan (drum), lagu ‘Hilang’ menjadi single andalan mereka hingga saat ini.
Selain band-band di atas, ada beberapa band lain seperti Alexisonfie, From Autumn to Ashes, Eyes Set to Kill, Senses Fail, Asking Alexandria, Pierce the Veil, A Day to Remember, Sleeping with Sirens, dan lain-lain juga turut memeriahkan masa mudamu. Sayang, Bring Me the Horizon tidak masuk dalam list karena mereka mengusung genre metalcore.
Tags: